Khabar - Setiap ibu tentu ingin memiliki hubungan emosional yang dekat dengan
buah hatinya. Salah satu cara untuk meningkatkan bonding adalah
mempraktikkan gaya asuh yang sesuai dengan karakter anak.
"Dalam mengasuh anak-anaknya, terkadang ibu memberi stimulasi dan
pendekatan yang belum tentu sesuai dengan kondisi anak. Para ibu juga
banyak yang belum tahu gaya asuh mereka sendiri," kata Efnie Indrianie,
M.Psi, psikologi anak dalam acara peluncuran Analisa Sidik Jari Cerdas
Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu.
Irene F Mongkar, seorang pemerhati anak, mengatakan, karena
ketidaktahuan para orangtua akan karakter anak, sering timbul
kesalahpahaman dalam berkomunikasi yang bisa memicu rasa marah orangtua.
"Banyak orangtua yang merasa kesulitan dalam proses adjustment dengan
anaknya karena mereka tidak tahu tipe kepribadian masing-masing,"
katanya.
Analisa sidik jari (fingerprint test) menurut Efnie menjadi
alternatif untuk mengetahui potensi dan karakter seseorang. "Analisis
sidik jari bisa dipakai untuk mengetahui peta kerja otak yang berkaitan
dengan potensi, karakter serta gaya belajar," kata psikolog dari lembaga
PsychoBiometric Research ini.
Ia menambahkan bahwa metode analisa tersebut tidak diposisikan
sebagai alat ukur yang bersifat mutlak. "Ini bukanlah alat tes psikologi
seperti tes IQ," imbuhnya.
Sampai saat ini metode analisis sidik jari terus berkembang sehingga
tidak ada metode yang bersifat baku dan final. Itu sebabnya Frisian Flag
tahun ini kembali mengadakan analisa sidik jari kepada konsumennya
dengan menambahkan beberapa penilaian.
"Tahun lalu hanya aspek gaya belajar dan soft skill-nya saja yang
dilihat, tapi sekarang kami mencoba melihat potensi bakat dan tipe
eksplorasi anak. Selain itu gaya asuh ibu juga bisa dilihat melalui
analisa sidik jari ini. Jadi bukan cuma si anak yang dites, ibunya
juga," kata Efnie.
Novita Angie, presenter yang juga ibu dua anak ini mengaku
mendapatkan manfaat dari analisa sidik jari yang sudah dilakukannya,
terutama ketika menghadapi anak-anaknya.
"Hasil tes anak sulung saya, Jeremy menunjukkan kalau ia termasuk
anak yang termasuk tipe visual. Sehingga kalau ingin menyampaikan
sesuatu padanya saya harus sambil menatap matanya. Kalau saya hanya
mengomel atau bicara sambil teriak percuma karena tidak ada omongan saya
yang masuk ke kupingnya," kata Angie.
Menjadi orangtua di era digital rasanya lebih mudah dibandingkan masa
lalu. Setiap kali kebingungan menghadapi perilaku anak atau remaja,
Anda bisa mencari solusi melalui mesin pencari di internet. Seringkali,
beberapa pola asuh sudah diterapkan sejak lama oleh para orangtua kita.
Anda hanya perlu berkomunikasi dengan orangtua, mencari tahu bagaimana
dulu mereka mengasuh Anda sebagai anaknya.
Kim Grundy, penulis
portal SheKnows khusus pola asuh dan hiburan menemukan cara ibu mengasuh
anak yang diterapkan sejak lama, dan masih relevan hingga kini.
Pengalaman yang didapati Grundy dari ibunya:
1. Menciptakan tradisi keluarga Saat
kecil, pernahkah Anda dibuatkan perayaan ulang tahun oleh orangtua?
dengan menggelar sebuah pesta atau acara sederhana. Cara ini adalah
bentuk penghargaan orangtua terhadap anak-anak. Anak akan merasa
dianggap spesial oleh orangtuanya, tatkala dilibatkan atau dibuatkan
dalam sebuah acara untuk dirinya. Merayakan ulang tahun anak bisa
menjadi salah satu cara menciptakan tradisi di rumah. Anda tak perlu
membuat pesta besar-besaran dengan menghadirkan berbagai jenis hiburan.
Cukup dengan membangun kebersamaan, tradisi keluarga sederhana yang
dirayakan hanya oleh orangtua dan anak. Denga begitu, anak akan selalu
merasa dihargai dan menanti momen kebersamaan atau tradisi dalam
keluarganya.
2. Menjadi koki cerdik di rumah Tak
semua anak menyukai sayur atau buah, padahal makanan sehat ini
dibutuhkan tubuhnya. Anda mungkin juga kesulitan memberikan makan sayur
atau buah kepada si kecil di rumah. Dibutuhkan kreativitas ibu untuk
mendapatkan solusi masalah ini, salah satunya cerdik menjadi koki di
rumah.
"Ibu saya mencampurkan bumbu alami atau makanan sehat
dalam setiap hidangan. Ibu berhasil menjadi koki cerdik di rumah," aku
Grindy.
3. Memastikan anak terlindungi Kesehatan
dan penampilan menjadi perhatian khusus ibu kepada anaknya, bahkan
untuk urusan sepele sekalipun. Mulai membangun kebiasaan minum susu dan
vitamin, yang tentu saja bisa melindungi anak dari berbagai serangan
penyakit. Hingga anjuran untuk tidak menyipitkan mata, karena terlalu
sering menyipitkan mata di masa muda akan membuat kerutan bertambah saat
usia bertambah.
Ibu juga paling rewel soal penampilan. Pernahkah
dahulu, orangtua Anda mengeluhkan cara berpakaian Anda? Atau Anda saat
ini sering mengeluh kepada anak remaja Anda tentang cara berpakaiannya?
ini adalah bentuk perhatian ibu, yang ingin mengajarkan anak cara
berbusana yang baik dan tepat sesuai acara. Saat dewasa nanti, kebiasaan
yang dibangun sejak kecil ini memberikan manfaat bagi anak.
4. Membiasakan diri bersikap positif Anak-anak
belajar dari pengalaman hidupnya sejak kecil, termasuk perilaku
orangtuanya. Jika orangtua memberikan contoh perilaku positif, anak pun
akan mengadopsinya.
Dari pengalamannya, Grundy mendapati ibunya
seringkali menebar senyum, berpikir baik agar hasilnya atau yang terjadi
dalam hidupnya juga baik, dan selalu mengalahkan ketakutan. Perilaku
orangtua yang positif akan direkam oleh anak dan menjadi contoh.
Kebiasaan bersikap mental positif nyatanya dimulai dari orangtua, anak
hanya akan mengekor saja.
5. Tegas untuk melindungi Ketegasan
orangtua diperlukan anak untuk melindungi dan membangun karakter anak
secara lebih positif. Grundy merasakan manfaat dari pola asuh
orangtuanya yang tegas dan tearah. Grundy tumbuh tanpa terbiasa menonton
televisi atau fasilitas lain yang bersifat hiburan. Lantas apa yang
dirasakan manfaatnya oleh Grundy saat ini? kebiasaan dan konsep pola
asuh yang diterapkan orangtuanya mengajarkan banyak hal. Diantaranya,
mendorong anak untuk kreatif dan berpikir selangkah lebih maju.
Pembatasan yang dialaminya bukan tanpa maksud. Namun justru memberikan
pembelajaran yang terasa manfaatnya di kemudian hari.
|